Wujud Patriotisme Anak Bangsa

  • "Trianingsih Juara di Hongkong"
Pelari Jawa Tengah, Trianingsih, berhasil menjadi juara pertama lomba lari maraton (42,195 kilometer) di Hongkong.
Pelatih Trianingsih, Alwi Mugiyanto, dalam pesan singkat (SMS) Menyebutkan, catatan waktu yang dicapai Trianingsih adalah 2 jam 47 menit, sedangkan juara kedua diraih pelari China dengan catatan waktu 2 jam 49 menit.
Posisi ketiga dimenangi pelari Filipina yang juga peraih medali emas SEA Games XXV/2009 Laos dengan catatan waktu 2 jam 50 menit. “Mereka tertinggal jauh dari Trianingsih,” kata Alwi yang juga pelatih sekaligus pembina klub atletik Lokomotif Salatiga.
Juara pada event yang sama tahun 2009, yaitu pelari China (sekarang ini berada pada urutan kedua), saat itu berhasil mencapai finis dengan catatan waktu 2 jam 36 menit.
Ia mengakui bahwa rute lomba lari maraton di Hongkong ini sangat berat karena harus naik dan turun gunung. “Tetapi, saya kira ini pelajaran berharga bagi Trianingsih,” kata Alwi yang juga pelatih pelatnas Program Atlet Andalan (PAL) tersebut.
Dengan hasil ini, Trianingsih memang belum berhasil memperbaiki catatan waktunya karena catatan waktu terbaiknya pada nomor maraton adalah 2 jam 43 menit yang dicapai saat mengikuti lomba lari maraton di Kenya 2008.
Ia menambahkan, Trianingsih, yang merupakan pemegang medali emas SEA Games 2009 untuk nomor lari 5.000 dan 10.000 meter, memang harus sering diterjunkan pada event-event maraton internasional agar punya pengalaman bertanding lebih banyak. Menurut dia, pada Asian Games XVI/2010 di Guangzhou, China, adik mantan pelari nasional Ruwiyati ini akan diterjunkan pada nomor lari maraton dan 10 kilometer.


  • "Indonesia Raya Berkumandang di Stadion Suphanburi"

Lagu Indonesia Raya berkumandang lagi Jumat, kali ini di stadion renang Suphanburi, setelah perenang Fibriani dan Kathriana meraih emas Asean Schools Games 2009 yang digelar di Thailand.
Fibriani Ratna Marita menjuarai nomor 200 meter gaya ganti putri dengan catatan waktu 2 menit 25,95 detik, sementara Kathriana Mella meraih emas nomor 200 meter gaya kupu-kupu putri dengan catatan waktu 2 menit 25,72 detik.
Indonesia juga mendapat perak melalui Fita Widiyanti di nomor 100m gaya dada putri.
“Ini merupakan kejutan dan cukup melegakan kami, karena pada hari pertama kita gagal meraih emas,” kata pelatih renang Indonesia Saharuddin Ita.
Pada cabang lainnya, medali emas Indonesia didapat dari cabang atletik nomor 100m gawang putri atas nama Agustin Bawele.
Pada cabang lainya, pertandingan masih pada babak penyisihan.
Di cabang sepak takraw, Indonesia mengalahkan Singapura 3-0 pada nomor tim. Selanjutkan Indonesia akan menantang tuan rumah Thailand untuk memperebutkan medali emas nomor tim.





  • "Game Buatan Indonesia Jadi Finalis Ajang Internasional"

Penggiat kreatif dari Indonesia siap mencetak prestasi di ajang internasional. Sebuah game buatan Indonesia, Cube Colossus, jadi finalis di ajang kompetisi game internasional.
Flash Gaming Summit (FGS) adalah acara tahunan bagi pengembang game berbasis Flash di dunia. Bersamaan dengan FGS, terdapat sebuah ajang penghargaan bernama The Mochis.
Nah, di ajang The Mochis itulah game buatan Indonesia turut menjadi finalis. Cube Colossus, game yang dikembangkan oleh studio lokal bernama Lucidrine, meraih nominasi di bidang Best Shooter. Di kategori itu, Cube Colossus akan bersaing dengan game Captain Forever dan Death vs Monstars.
Sebelumnya, Cube Colossus juga meraih nominasi dalam Best of Casual Gameplay 2009 yang diselenggarakan portal casual gaming JayIsGames. Di ajang itu Cube mampu meraih posisi kedua dalam voting yang dilakukan.



  • "Pelukis Cilik Raih Perunggu di Jepang"

Bagi Mayafiryal Sochmarisanda, cat air memang media yang digemarinya untuk menghasilkan karya seni lukis berkualitas. Salah satunya karya berjudul Tsunami in Aceh.
Lukisan bercorak dekoratif dengan ukuran 65 x50 cm ini membawa Maya, sapaan akrab dari siswi kelas 3 SMPN 17 Surabaya ini meraih medali perunggu dalam ajang Ie No Hikari Association ‘The 17th Annual World Children’s Picture Contest’ yang diselenggarakan di Jepang, 1 Juni hingga 30 September 2009.
Dalam ajang yang digelar tiap tahun tersebut, Maya merupakan satu di antara 3 putri terbaik Indonesia yang meraih medali. ”Setidaknya, dia mewakili dari Surabaya dan Jawa Timur,” ujar Arik S.Wartono, pengajar Sanggar Daun, tempat Maya belajar melukis, Senin (1/2).
Dalam ajang tersebut, karya para peraih medali, baik medali emas, perak maupun perunggu akan dimasukkan ke dalam koleksi Museum Nasional Jepang. Maka, ini menjadi penghargaan luar biasa besar bagi Maya, lantaran karyanya bisa masuk ke koleksi Museum Nasional Jepang.
Dikisahkan Maya, dirinya memang sudah tertarik untuk menggambar sejak usia 10 tahun. Sepertinya, darah seni sudah begitu menggelora di dalam tubuhnya. Karena itu, atas ajakan saudaranya, dia bergabung dengan Padepokan Seni Daun Gresik.
Dirinya mengakui tidak harus pergi ke Gresik untuk belajar melukis di Sanggar Daun. Beruntung memang, Arik bersedia ‘jemput bola’. ”Mas Arik yang datang ke rumah kami,” ungkapnya.
Arik mengakui, Maya merupakan siswa yang cepat tanggap akan materi yang diberikannya. Mulai dari teknik dasar hingga pada teknik pemanfaatan media.
”Ternyata kecenderungan dan kelebihan Maya ini ketika dia memakai cat air,” ujarnya. Selain itu, Maya juga satu-satunya murid di Sanggar Daun yang memiliki kelebihan dalam menghasilkan karya yang bercorak dekoratif.
Sambil menunjukkan replika karya Maya yang berjudul Tsunami in Aceh, Arik menjelaskan tentang dominasi dekoratif yang cukup kental di dalamnya. ”Coba lihat gambar riak air ini. Inilah ciri khas dari karya-karya Maya,” ujarnya.


sumber: indonesiaberprestasi.com

0 komentar: